BENTUK BUMI MENURUT PANDANGAN ISLAM
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitKKT_UYT2drN6SQRWmZ59YRPoLr7GTGd6mTEtoYac8NKOXOQXHOszdLUdZtWVRdJ0bif0aOqDEe_C96mK7xIyQq5qgP3EzwPu1brv9HiqWW3RM60YrN65g0fOmYZb7M7wGwsQkUdFt7xp/s320/bumi-datar.jpg)
Pendapat Yang Mengatakan Bumi itu Bulat
Sebenarnya jauh sebelum Galileo mengemukakan
pendapatnya tentang bumi itu bulat, sudah banyak para ulama dan ilmuan Islam
yang mengatakan bahwa planet bumi itu bentuknya bulat. Terdapat lebih dari satu
keterangan ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa bumi itu bulat sebagaimana dikutip
dari situs konsultasisyariah. Diantaranya adalah
keterangan Syaikhul Islam, yang beliau nukil dari Abul Husain Ibnu al-Munadi.
Syaikhul Islam mengatakan,
Imam Abul Husain Ahmad bin Ja’far al-Munadi, - termasuk ulama yang
masyhur dengan ilmu atsar dan karya-karya besar dalam berbagai cabang ilmu
agama, termasuk generasi kedua di kalangan ulama hambali, beliau
mengatakan,
“Tidak ada perbedaan di kalangan ulama bahwa langit itu seperti bola, demikian
pula mereka sepakat bahwa bumi dan semua gerakannya, baik darat maupun lautan,
seperti bola.” (Majmu’ al-Fatawa, 25/195)
Syaikhul Islam juga mengatakan,
Galaxi tata surya itu melingkar menurut ulama kaum muslimin. Ada beberapa ulama
yang menegaskan ijma’ (sepakat) dalam masalah ini. seperti Abul Husain Ahmad
bin Ja’far bin al-Munadi. Demikian pula yang menegaskan ijma’ tentang hal ini
adalah Imam Abu Muhammad Ibnu Hazm, dan Abul Faraj Ibnul Jauzi. Dan para
ulama meriwayatkan hal itu dari para sahabta dan tabi’in dengan sanad yang
makruf. (Majmu’ al-Fatawa, 6/586)
Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,
Bumi itu bulat berdasarkan dalil dari al-Quran, realita dan keterangan para ulama.
Selanjutnya Imam Ibnu Utsaimin menyebutkan beberapa dalil berserta
penjelasannya, diantaranya,
Firman Allah,
“Dia melingkupkan malam atas siang dan melingkupkan siang atas malam.” (QS.
az-Zumar: 5)
Selanjutnya, beliau menjelaskan,
At-Takwir (melingkupkan) maknanya menjadikan sesuatu seperti lingkaran, seperti
lingkaran penutup kepala (imamah). Dan kita ketahui bahwa siang dan malam silih
berganti di bumi ini. ini membuktikan bahwa bumi itu bulat. (Fatawa Nur ‘ala
ad-Darb).
Dan mari kita lihat beberapa perkataan ulama Islam lainya sebagaimana dikutip
dari situs dakwahmedia berikut ini: Ilmuan Islam,
Ibnu Khaldun (1332 - 1406 M / 732H - 808 H): “Ketahuilah, sudah jelas di
kitab-kitab para ilmuan dan peneliti tentang alam bahwa bumi berbentuk bumi.”
(Muqaddimah Ibnu Khaldun, Kairo).
Bagi Qazuaini (seorang ilmuan), salah satu bukti bumi berbentuk bulat adalah
bintang-bintang dan planet-planet yang berbentuk bulat (Atsar Al-Bilad wa
Akhbar Al-Bilad).
Selain mereka, masih banyak ilmuan dan ulama Islam klasik yang menyebutkan di
dalam bukunya bahwa bumi berbentuk bulat. Di antara buku tersebut adalah:
1. Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin Al-Jauhar, oleh Mas’udi Ali Husain Ali bin Husain
(w. 346 H).
2. Ahsan Taqasim fi Ma’rifah Al-Aqalim, oleh Al-Maqdisi (w. 375 H)
3. Kitab Shurah Al-Ardh, oleh Ibnu Hauqal
4. Al-Masalik wa Al-Mamalik, oleh Al-Ishthikhry
5. Ruh Al-Ma’ani, oleh Imam Al-Alusi (ulama tafsir Al-Qur’an)
6. Mafatih Al-Ghaib, oleh Fakhru Ar-Razi (ulama tafsir Al-Qur’an)
7. Dan lain-lain.
Apakah Pendapat Mereka Bertentangan dengan Al-Qur’an?
Tentu saja tidak. Justru Dr. Hadi bin Mar’i dalam bukunya “Mausu’ah Al-Ilmiyah
fi I’jaz Al-Qur’anul Karim” (Penerbit Attawfiqiah, Kairo) mengambil dalil bumi
berbentuk bulat dari isyarat Al-Qur’an. Demikian juga para ahli tafsir lainnya.
Ada satu ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita perhatikan sebagai tambahan
penjelasan masalah ini, inilah jawaban telak tentang tuduhan bumi itu datar
menurut Alqur’an:surat Az-Zumar ayat 5
“Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia
memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.
Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun.” (QS.Az-Zumar:5)
Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas
Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau
malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada
satu TEMPAT YANG BULAT secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling
menggulung jika berada pada tempat yang datar? Kalau saja kejadian itu pada
tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata MENIMPA atau
MENINDIH.
Dari keterangan ayat di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan
bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi
permukaannya adalah siang hari. Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat,
dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor
dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang
menggulung pula bagian ekor dari sang malam. Sebanyak bagian siang yang
digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam
yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan
bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan
BUMI ITU BULAT adanya!
Pendapat Yang Mengatakan Bumi itu Datar
Selain pendapat para ulama di atas yang mengatakan bahwa
bumi itu bulat, perlu diketahui bahwa ada juga beberapa ulama yang menafikan
bahwa bumi itu bulat seperti yang kami kutip dari situs Muslim.or.id. Al-Qahthaniy Al-Andalusy
dalam kitab Nuniyah-nya mengatakan :
“Telah berbohong ilmuan dan astronom yang semisal … mereka
mengklaim atas ilmu Allah”
“Bumi menurut mereka bulat … mereka bergandengan dengan
pendapat ini”
“Bumi menurut ahli ilmu agama adalah datar … dengan dalil
yang jelas dari Al-Quran”.
Demikian juga dalam Tafsir Jalalain, ketika menafsirkan ayat
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghaasyiyah: 20).
Dijelaskan bahwa dzahir ayat bumi itu (سُطِحَتْ) “sutihat” menunjukkan
bumi itu (سطحية)
“sathiyyah”. Makna ‘sutihat’ zahirnya menunjukkan bahwa bumi itu datar dan
dijelaskan oleh ulama, bukan bulat sebagaimana dikatakan oleh ahli astronom”.
Demikian juga Al-Qurthubi dalam tafsirnya, membantah bahwa
bumi bulat, ketika menafsirkan ayat,
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”
(Al-Hijr: 19).
Beliau Al-Qurthubi berkata,
“Ini adalah bantahan bagi mereka yang menyangka bahwa bumi
itu seperti bola”.
Dari sini kita ketahui bahwa ada ulama yang menyelisihi
klaim ijma’ yang menyatakan bumi itu bulat sebagaimana disebutkan di atas.
Dalil-dalil yang digunakan kedua pendapat, dari Al-Quran dan
As Sunnah. Masing-masing pendapat yang ada berdalil dengan Al Quran dan Sunnah
dan saling membantah. Jika membahas dalil-dalil mereka maka cukup panjang, maka
kita beri beberapa contoh saja:
1) Dalil bahwa bumi itu bulat menurut pro bumi bulat, surat
Az Zumar ayat 5
Allah berfirman,
“Dia menutupkan/menggilirkan (takwrir) malam atas siang dan
menutupkan/menggilirkan siang atas malam” (Az-Zumar : 5).
Pro bumi bulat berkata bahwa takwir itu bermakna lingkaran
atau melingkari, misalnya melingkari penutup kepala imamah, karenanya bumi itu
bulat-bola bergantian siang dan malam.
Pro bumi datar membantah bahwa justru itu dalil bahwa bumi
itu datar dan berbentuk lingkaran (piring bulat), matahari dan bulan berputar
melingkar di atas bumi dan menggantikan siang dan malam.
2) Dalil bumi itu datar menurut pro bumi datar, surat At
Thur ayat 6
Yaitu posisi baitul makmur (ka’bah penduduk langit) yang
berada tepat sejajar di atas ka’bah dunia di Mekkah
“Dan demi Baitul Ma’mur, dan atap yang ditinggikan (langit),
dan laut yang di dalam tanahnya ada api,” (QS. At-Thur: 4-6)
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
“Baitul Makmur: banyaknya yang memenuhi dan penduduknya,
yaitu rumah di langit sekitar ‘Arsy dan sejajar dengan Ka’bah bumi” .
Pro bumi datar berkata: “Bagaimana mungkin bumi
bulat-bola dan berputar kemudian baitul makmur sejajar dengan baitullah di Mekkah,
bagaimana bisa sejajar kalau bumi-bulat berputar? berarti baitul makmur
mutar-mutar di atas langit ikut bumi? Ini tidak masuk akal. Kalau bumi datar
maka masuk akal jika sejajar”.
Pro bumi bulat membantah: “bisa jadi, ini hal ghaib
yang tidak bisa masuk akal manusia, banyak hal ghaib yang tidak masuk akal kita
sekarang, seperti di hari kiamat ada yang berjalan dengan wajahnya dalam
Al-Quran. Orang dahulu tidak masuk akal jika ada yang bisa pergi ke tempat yang
jauh dalam semalam saja, di zaman sekarang bisa saja dengan pesawat super
cepat”.
3) Dalil bumi datar menurut pro bumi datar, surat Al
Ghasyiyah ayat 20
Ayat yang menjelaskan bahwa bumi itu dihamparkan. Allah
berfirman,
“Dan (apakah manusia tidak mau memikirkan) bagaimana bumi
itu dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah: 20).
Pro-datar berkata: “ini sangat jelas mengatakan bumi
dihamparkan, menghamparkan permadani misalnya, tentu pada benda yang datar”.
Pro-bulat membantah: “silahkan lihat penjelasan ulama
semisal syaikh Al-Utsaimin dan fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah yang menjelaskan bahwa
bumi itu datar bagi pandangan manusia dari bumi, sedangkan bentuk sebenarnya
adalah bulat-bola”.
4) Dalil bumi bulat menurut pro bumi bulat, klaim ijma’ dari
Syaikhul Islam, Ibnu Hazm dan beberapa ulama lain.
Namun klaim ijma’ ini perlu dikritik karena adanya pendapat
lain dari ulama terdahulu seperti Al Qurthuby dan penulis Tafsir Jalalain yang
telah di sebutkan di atas.
Sebenarnya masih banyak lagi dalil-dalil lainnya yang
menjadi pembahasan dua kubu dan kita cukupkan saja contohnya sebagaimana di
atas.
Tidak ada dalil yang tegas menyatakan bahwa bumi bulat atau
datar. Setelah kita melihat pendalilan dua kelompok yang berbeda pendapat, maka
kita dapatkan dalam satu dalil yang sama, bisa mereka gunakan untuk mendukung
pendapat mereka masing-masing yang bertentangan padahal dalilnya sama. Memang
dalam Al-Quran dan Sunnah tidak didapatkan dalil yang tegas dan jelas mengenai
hal ini yang menyebut dengan tegas “bumi bulat-bola” atau “bumi datar”.
Kita bisa lihat yang pro-bulat menggunakan penjelasan syaikh
Al-‘Utsaimin mengatakan bahwa bumi itu bulat dengan dalil dan penjelasan oleh
Syaikh. Akan tetapi di sisi lain, Syaikh Al-Ustaimin dan juga Syaikh Bin Baz
berpendapat bahwa bumi adalah pusat tata surya dan tidak berputar sedangkan
matahari yang mengelilingi bumi. Tentu ini bertentangan dengan sebagian orang
yang pro bumi bulat, yang mereka menyakini bahwa bumi itu bulat dan
mengelilingi matahari.
Tentunya Syaikh Al-‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baz berpendapat
bahwa matahari mengelilingi bumi dengan penjelasan dalil dalam Al-Quran dan
Sunnah. Syaikh Utsaimin menjelaskan,
“Pendapat kami, matahari yang mengelilingi bumi sehingga
terjadi pergantian siang dan malam, kami berpegang teguh dengan dzahir Al-Quran
dan Sunnah bahwa matahari itu yang benar-benar mengelilingi bumi”.
Syaikh Bin Baz juga menafikan bahwa bumi berputar (berarti
matahari yang berputar mengelilingi agar terjadi siang dan malam), beliau
berkata,
“Adapun perputaran bumi maka aku ingkari dan aku telah
jelaskan dalil tidak benarnya (perputaran bumi)”.
Dalil yang mereka gunakan untuk pernyataan “matahari
mengelilingi bumi” juga banyak, salah satunya yang menurut mereka cukup jelas
bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, yaitu hadits riwayat Bukhari dan
Muslim bahwa matahari bergerak di peredarannya dan tatkala sampai di bawah Arsy
maka matahari bersujud.
Dari Abu Dzar bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda,“Tahukah kalian ke manakah matahari ini
pergi?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui?” Beliau
bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga sampai ke tempat
peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu
sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau
datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia
berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia
bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya:
‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan
terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia tidak
menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di
bawah Arsy, lalu dikatakan padanya: ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’,
maka dia pun terbit dari barat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda (yang artinya), “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi? Hal itu terjadi
ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum
beriman sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”.
Akan tetapi yang mengatakan bahwa “bumi mengelilingi
matahari” bisa membantah juga: matahari itu memang bergerak dan mengelilingi
pusat tata surya. Mereka berpegangan pada fatwa ulama yaitu Syaikh Al-Albani
yang menyatakan bahwa bumi itu berputar dan beliau pun membawakan dalil dan
penjelasannya. Syaikh Al Albani berkata:
“Kami sejatinya tidak ragu bahwa perputaran bumi merupakan
fakta yang ilmiah dan tidak bisa dibantah”.
Demikianlah, kesimpulannya mengenai apakah bumi datar atau
bulat-bola, maka tidak kita dapatkan dalil yang tegas menyebutkan “bumi itu
bulat” atau “bumi itu datar”.
Yang benar adalah sesuai dengan penelitian dan fakta ilmiah
ilmu dunia. Apakah bumi datar atau bulat maka kita kembalikan lagi kepada
penelitian dan fakta ilmiah. Hal ini dicerminkan dari sikap Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani di mana beliau menggabungkan kedua ilmu yaitu fakta ilmu
dunia (yang menurut beliau benar) dan “yang tersirat” dalam Al-Quran dan
Sunnah.
Patut direnungi oleh sebagian kecil saudara kita muslim yang
mungkin saling berdebat apakah bumi itu bulat atau datar sampai tahap mencela,
menyindir dan sampai bermusuhan dalam masalah ini, padahal mereka bersaudara
dalam Islam dan yang lebih penting hal ini bukanlah permasalahan aqidah.
Kesimpulan dari tulisan ini :
Tidak ada dalil yang tegas dalam Al-Quran dan Sunnah yang
menyatakan bahawa bumi itu bulat atau datar, sedangkan klaim ijma yang ada
perlu dipertanyakan validitasnya, karena diketahui ternyata ada beberapa ulama
yang menyelisihi klaim ijma’ tersebut.
Permasalahan apakah bumi bulat atau datar bukanlah
permasalahan aqidah.
Jika memang bukan permasalahan aqidah terutama, tidak layak
bagi kaum muslimin berpecah belah dalam hal ini, saling mencela, menyindir dan
bermusuhan dalam rangka mendukung pendapatnya.
Karena bukan masalah aqidah maka tidak bisa menyebabkan
seseorang menjadi kafir hanya karena keyakinan apakah bumi bulat atau datar.
Karenanya syaikh Bin Baz ketika mengingkari bumi berputar (beliau berpendapat
bumi diam), tetapi beliau tidak mengkafirkan yang mengatakan bumi berputar,
beliau berkata, “Akan tetapi aku tidak mengkafirkan mereka yang mengatakan
demikian”.
Apakah bumi itu bulat atau datar maka dikembalikan kepada
penelitian dan fakta ilmiah dan tentunya oleh para ahlinya dalam masalah ini.
Allah berfirman,“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kamu
tidak mengetahui” (An-Nahl:43).
Dalil Al-Quran dan Sunnah yang sudah pasti dan tegas (dalil
qath’i) tidak akan bertentangan dengan fakta ilmiah dan akal manusia yang
sehat. Sebagaimana dijelaskan bahwa tidak ada dalil tegas apakah bumi itu bulat
atau datar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan, “Semua yang telah
ada dalil pasti/qath’i maka tidak bertentangan dengan akal yang sehat”.
Yang lebih penting dari “bumi datar atau bulat” adalah kita
hidup di atas bumi, akan meninggalkan bumi menuju kampung akhirat yang kekal
serta bagaimana agar bumi sebagai tempat mencari bekal untuk pulang ke kampung
akhirat yaitu bekal iman, takwa, amal kebaikan yang bermanfaat bagi manusia dan
makhluk di muka bumi.
INI ADALAH POSTINGAN YANG MENJELASKAN
Inilah Penjelasan Para Ulama Islam Tentang "Kontroversi
Bumi Datar"
yang saya copy dari website WWW.NGOPO.COM
Jadi bagaimana apakah kalian lebih mendukung bentuk bumi
bulat atau bentuk bumi datar.sekian dan terima kasih.